Senin, 19 September 2016

Saya dan Inazuma

Masih jarang yang tahu akan keberadaan motor besutan Suzuki ini. Soalnya, Si bongsor yang punya dua knalpot ini minim marketing. Tapi positifnya, motor ini menjadi sedikit lebih eksklusif dibanding kompetitornya.

Urusan body, memang tidak tajam seperti pabrikan sebelah. Yah inilah yang menjadi ciri khas suzuki. Untuk kelas hyperbike saja, model hayabusa tidak pernah di upgrade. Apalagi sekelas inazuma ?

Tapi motor ini bukanlah motor yang hanya jual tampang keren nan gagah. Tapi motor yang mengutamakan kenyamanan pengendara. Jok lebar nan empuk, posisi riding yang tegak juga nyaman, suspensi yang empuk pula, nikmat inazuma mana yang kau dustakan ? Hehe

Mesin yang masih SOHC dan sistem pengereman yang belum ABS menjadi bahan cemoohan fanboy merk kompetitor. Tapi, selama saya pakai Suzuki Inazuma, justru mesin cukup bertenaga saat digunakan untuk speedtouring, dan tarikan mesin pun halus sekali, minim getaran. Diajak cornering juga nurut. Konsumsi bensin juga cukup irit, yah percaya gak percaya sih, saya pakai inazuma dari Bandung ke Puncak, indikator bensin hanya turun 1 bar.

Memang motor ini amat berat. Belum naik inazuma kalau belum pernah merasakan namanya jatuh bego karena badan kita gak kuat menahan bebannya motor ini.

Belum lagi spare part nya yang agak mahal. Tapi, untungnya ada kawan-kawan di Inazuma Owner Network, yang selalu siap dengan part substitusi yang berkualitas dan pastinya lebih ekonomis.

Berbicara tentang Inazuma, motor ini sebenarnya adalah motor CBU yang di produksi di Tiongkok, tapi menggunakan standar Jepang. Dan dalam bahasa Jepang sendiri, Inazuma (稲妻) berarti halilintar. Tapi jika diperhatikan, kata Inazuma terdiri dari dua kanji. Yaitu 稲 (いな, i na) yang artinya nasi, dan 妻(つま, tsu ma, berubah jadi zuma) yang artinya adalah istri. Kok istri nasi malah jadi halilintar ya ? Hehehe

Kembali bahas motor, tidak ada motor yang sempurna. Tapi cukuplah suzuki inazuma atau GW 250(GSR 250 di Jepang) bagi saya